Sabar itu hanya pada satu hal, ketika kita merasa ada hal buruk yg kita
rasakan. Tapi syukur itu pada dua hal, mendapat kebaikan - syakur, dan
ketika mendapat keburukan - syakir. Syukur ketika mendapat keburukan,
secara langsung orang itu sudah mencapai derajat ikhlas._Jon Q_
Konseling Jumat siang itu terlaksana lagi. Jam 1 si Jon sudah duduk
anteng di ruang tamu. Diawali mengaji, mengoreksi makhrojul hurf, dan
tajwid, lalu diskusi.
"Sekarang yg lagi marak adalah pelecehan seksual," kata klien.
"Anak-anak remaja berkata jorok pada sesamanya, pada orang dewasa,
berani benar,"
"Lah bagaimana tak rusak?" Jon menanggapi. Konseling pada si Jon bukan
malah bikin sehat jiwanya, tapi makin sesat saja. "Kita ini sarjana,
kaum terpelajar, guru, kaum intelektual, berteriak sedih 'Indonesia
darurat moral!' tapi ketika diajak membuat forum kajian ilmiah, forum
diskusi, apa jawab mereka? 'Maaf ya, saya sibuk!' 'Jangan seminggu
sekali, 2 minggu atau sebulan sekali saja'. Dikira arisan? Kita belajar
seperti ini hari ini, apakah 2 minggu mendatang masih ingat? Kita teriak
sedih anak-anak kita bikin rumah jadi kotor, pas diajak bebersih,
mereka menolak?"
"Tapi banyak kok yg merasa dirugikan," kata klien lagi. "Guru-guru,
mereka merasa risih dan marah ketika siswa begitu. Tapi memang susah
untuk membuat budaya diskusi seperti itu,"
"Ini memang tujuan musuh bangsa kita," kata Jon.
"Coba buka Al A'raf
ayat 127 : Sanuqotilu abnaa-ahum wa nastahyii nisaa-ahum. Kami akan
'bunuh' semua anak laki-laki, dan membiarkan hidup anak perempuan. Itu
kata Fir'aun. Anak laki-laki bangsa ini jadi bodoh, tak bisa berlogika,
semua ingin cepat kaya, sistem pendidikan kita diserang,"
"Coba buka Surah Al Fath ayat 29," lanjut Jon. Klien membuka qur'annya.
"Siymahum fi wujuhihim min atsarissujud. Ada tanda-tanda diwajahnya
bekas-bekas sujud,"
"Ini arti sebenarnya atau simbolis sih?" tanya klien.
"Denotasi, dan juga simbolis," jawab Jon. "Mereka, orang-orang yg
keningnya menghitam, entah mengapa memotong ayat itu. Ada kalimat
sebelum itu, Muhammad adalah utusan Allah. Dia bersikap keras pada orang
kafir dan berkasih sayang pada sesamanya. Ada dua poin penting,
pertama, saat mereka merasa orang-orang yg melestarikan budaya Islam
sebagai ahli bid'ah, khurafat, dan menyalahkan itu. Apa mereka yakin
mereka telah berada dalam jalan kebenaran? Kalau sudah, mengapa berkata
kasar seperti itu pada sesama muslim? Bukankah rasul berkasih sayang
pada sesama muslim? Kedua, oke, kita sebut mereka yg melestarikan budaya
islam pantas dikasari. Tapi rasulullah kasar cuma pada orang kafir.
Jadi orang muslim seperti itu termasuk kafir? Bukankah mengkafirkan itu
hak allah dan rasul?"
"Mereka mungkin tak paham mengapa Islam disebut sebagai rahmatan lil
alamin," Jon melanjutkan. "Cinta untuk seluruh alam. Bukan cuma pada
manusia, Jin, alam, tapi juga seluruh disiplin ilmu dan aspek kehidupan.
Islam mengislamkan ekonomi, agar jangan ada riba, mengislamkan sosial
budaya historis dengan konsep asimilasi dan akulturasi. Asimilasi,
budaya arab yg mengislamkan nusantara : maulud, isra mi'raj, dll.
Akulturasi : tahlil, 7 bulanan, talkin, dll. Dulu nenek moyang kita
animisme dinamisme, lalu datang hindu budha, lalu islam, tanpa perang
atau pemaksaan."
"Mungkin pemahaman begitu ya, yg menjadikan ulama sepuh kita lebih
toleran daripada mereka," klien menanggapi.
"Sabar itu, tetap tenang dan terus berjuang dalam kesusahan," kata Jon.
"Syukur itu, menikmati kemudahan dan terus berjuang. Tapi, ada
orang-orang yg pandangan hidupnya tak seperti kita. Mereka sedang
kesusahan, tapi mengucap alhamdulillah. Seorang kepala sekolah diburu
rapat, tapi ban motornya bocor, dia tak mengeluh, malah mengucah
alhamdulillah,"
"Iya, seperti kisah kemarin di media massa. Ada nenek-nenek jatuh dari
bus, mulutnya berdarah, tapi dia malah mengucap alhamdulillah. Hikmah
macam apa yg dimilikinya?"
Umar ibn Khottob berkata, "Aku tak tahu mana yg benar-benar baik atau
buruk untukku, karena yg maha tahu itu adalah Allah,"
Qutiba 'alaykumul qital wahuwa kurhulakum, wa'asaa antakrohu syai'aw wa
huwa khoirulakum, wa asaa antahibbu syai'aw wa huwa syarulakum.
Berjuang, bekerja keras, berperang menaklukan diri sendiri itu wajib.
Bisa jadi yg baik menurut kita ternyata membawa bencana. Dan yg buruk
bagi kita ternyata membawa hikmah.
Bacaan selanjutnya
Qutiba Alaikumul Qital Pemuda gila dan masyarakat sehat jiwa raga
0 Comments