Barangkali yg disebut hidup itu ketika manusia dapat merasakan derita.
Karena kedamaian milik mereka yg telah mati. Tapi jika kehidupan setelah
mati itu tidak ada, maka hidup ini tak masuk akal. Siapa yg menghukum
manusia-manusia jahat jika dunia dapat mereka beli? Apa yg didapatkan
nabi, dan para pengikutnya yg tunduk, termasuk ketundukan mengikutinya
dalam pengorbanan untuk orang lain, jika tak ada akhirat?_Jon Q_
Suatu saat Beth pernah berkata tentang hidup Jon yg ramai petualangan.
Tentang tunangan si Jon, yg sebaiknya belajar untuk terus lebih kuat.
Karena berbeda dengan kehidupan pemuda seumuran pada umumnya, hidup Jon
penuh hentakan-hentakan. 'Pertarungan', dilema-dilema besar yg bukan
tentang dirinya, tapi tentang hak hidup banyak orang.
Pernah si Jon dalam sholat-sholatnya bertanya, seakan pada junjungannya,
sang nabi, "Pada siapa umatmu yg disini engkau titipkan, wahai kekasih
Tuhan? Jangan engkau lihat aku, betapa rapuh aku memikirkan diri sendiri
saja,"
Lalu seperti janji si Jon pada kekasihnya, malam ini ia bercerita.
"Kemarin ada reses partai anu, partainya kakak-kakakku dulu," Jon mulai
berkisah. "Tentu aku tak dapat undangan. Siapa aku? Tapi di antara
petinggi mereka memperhitungkan aku. Dua forum pencerdasan mereka sering
memanggilku untuk berceloteh tentang ilmu. Awalnya, aku tak berpikir
aku akan 'ditarik' mereka setelah mengasingkan kakakku dalam pergaulan
mereka,"
Joan mendengarkan. Raut wajah Jon benar-benar menunjukan kecemasannya.
"Di satu sisi, aku tak mungkin menolak datang ketika mereka membutuhkan
sedikit pemahaman yg Tuhan titipkan padaku. Tapi di sisi lain, aku
benar-benar kesal dengan ulah sebagian petinggi mereka. Selanjutnya, ada
individu-individu tertentu dalam partai itu yg pernah menjadi donatur
sekolahku. Ini mesti pelan-pelan ku jalani,"
"Selama itu adalah jalan pendidikan, aku akan melangkah di sana. Bukan
tentang golongan atau ketenaran di tengah masyarakat, ini tentang
pencerdasan. Tapi jika sudah menyangkut golongan, dengan tegas aku tak
mau beriringan. Apapun alasannya. Tapi ini beresiko pada sekolah itu.
Bisa jadi individu-individu tertentu, kader golongan itu, berhenti
peduli pada 'rakyatku' di sekolah itu. Bisa jadi aku yg sering bersama
mereka akan terfitnah kembali, bahwa aku juga bersama mereka. Mengingat
masyarakat sekolah itu sungguh benci pada golongan itu."
"Tapi apakah aku akan berhenti mendidik? Tentu tidak akan. Aku akan
terus jalan. Ini tentang ketundukan total pada nabi kita, pada Tuhan.
Tentang pencerahan, penciptaan budaya tandingan, tentang lahirnya
generasi pembeda, tanpa harus aku melupakanmu. Yg seperti itu, berat
ataukah mudah?"
Bacaan selanjutnya
Cerita tentang keterlepasan Perpisahan
0 Comments