Manusia tak boleh dibanding-bandingkan. Perbandingan itu termasuk
matematika, angka, bukan untuk manusia. Kambing saja tak akan ada yang
diciptakan sama persis, apalagi manusia. Semua diciptakan sesuai
kemampuannya sendiri-sendiri._Jon Q_
Untungnya, si Jon itu bocah kampung, wong ndeso, dan tak punya
teman-teman populer. Jadi tiap omongannya teranggap omong kosong,
ngawur, sesat, atau kalau ada yang agak bagus, orang mengira dia
kopi-paste, ngutip punya orang, gak orisinil. Hanya teman-teman sesama
pengangguran dan Madebu alias masa depan abu-abu seperti di BRN saja
yang entah mengapa masih mau berasyik ria menggali keilmuan bersamanya,
meski sangat mungkin itu ngarang dan menyesatkan.
"Tapi ada 'kan, mas, seorang anak yang lebih hebat dari ayahnya?" tanya
Tum di forum diskusi BRN. "Turunan yang justru lebih tinggi," anak muda
yang baru lulus SMA ini sudah mulai sok bermajas seperti si Jon.
"Tidak bisa dikatakan lebih hebat, Tum," Bon menyela. "Karena tiap manusia diciptakan unik, dengan kemampuannya masing-masing."
"Setuju," Dul sepakat. "Kelinci tak bisa dibandingkan dengan kucing sekalipun larinya sama-sama kencang,"
"Tapi 'kan anak kelinci yang lebih cepat larinya daripada induknya, apa gak bisa disebut lebih hebat?" Lee membela.
"Em...." Bon ingin menjawab tapi nampak berpikir dulu. "Baiknya kita cari kelinci dulu,"
"Lah buat apa, Bon?" Beth sedikit kaget. Kenapa tema diskusi malah melebar. "Kelinci percobaan maksudnya?"
Mereka tertawa. Menertawakan kekonyolan diri sendiri.
"Tapi memang tidak ada manusia yang benar-benar diciptakan sama," Beth menambahkan. "Menurutmu, Jon?"
"Iya... begitu," jawab Jon.
"Wez, kayak gitu tok?" Dul yang mengharap Jon bakal bicara banyak agak
kecewa.
"Lah ya memang betul apa yang dijelaskan tadi,"
"Ya kan se-enggaknya tambahin lah," Bon melanjutkan. "Katanya ini forum
berpikir, biasanya kau ini malah yang memberikan term-term yang bikin
kita mikir keras,"
Mereka tertawa lagi. Membayangkan kalau si Jon mulai melemparkan
penjelasan-penjelasan bak penyair yang tak bisa 'ditelan' langsung
kata-katanya.
"Tidak ada anak yang lebih hebat dari ayahnya," Jon akhirnya mulai
berkhotbah. "Seorang anak yang merasa lebih baik dari ayahnya, perasaan
itulah justru yang menjadikannya tidak lebih baik dari ayahnya,"
"Kalau term kelinci tadi bagaimana," Lee memulai lagi.
Mereka tertawa. Kenapa balik ke kelinci lagi?
"Itu analogi Lee, Tum," kata Jon. "Kalau kita perhatikan dengan cermat,
jangankan manusia, hewan pun tak ada yang diciptakan sama persis.
Bentuknya, fisiologisnya, bobotnya, jumlah bulu atau rambutnya, dan
seterusnya,"
"Jadi memang perbandingan adalah konsep yang kurang tepat untuk manusia,
ya?" tanya Tum yang dari tadi nampak fokus.
"Itu konsep matematika, angka, atau kebendaan," lanjut Jon. "Manusia
memang materi, tapi tidak hanya itu."
"Bagaimana konsep perbandingan yang Tuhan katakan dalam Qur'an, Jon?"
Beth menyambung. "Langit, bumi, laut, gunung, bintang, dan lain-lain?"
"Itu perbedaan, kita diminta merenungkan perbedaan, bukan perbandingan,"
Jon melanjutkan. "Justru iblislah yang menggunakan term perbandingan,
bukan Tuhan,"
"O, ketika membandingkan api dan tanah ya?" Bon menambahkan.
Jon mengangguk.
"Bahwa manusia itu diciptakan spesial, dengan misi sendiri-sendiri tapi
satu tujuan," Jon meneruskan. "Tapi dunia ini memecahkan, membuyarkan,
gagal fokus, pada tujuan besar itu. Anak tak bisa lebih besar dari
ayahnya, murid tak bisa lebih hebat dari gurunya, Soekarno tak bisa
lebih besar dari Ahmad Hasan, karena tanpa ayah dan guru tersebut
kebesarannya belum tentu ada. Dan yang lebih penting, kebesaran jiwa
seseorang lahir dari kerendahan hatinya, bukan pada apa yang dinilai
orang lain dari diri seseorang tersebut,"
Bacaan selanjutnya
Imam dan makmum yang Dirobotkan
0 Comments