Untuk manusia-manusia terpilih, yg menjual diri seutuhnya pada sang
pencipta, ia tak bisa memaksa-Nya meski merasa segala sesuatu telah
dikembalikan pada-Nya. Tidak ada yg dapat memaksa-Nya, meski atas nama
umat manusia. Kau tak dapat memaksa-Nya meski demi kebaikan banyak
orang. Tapi, kau dapat berdoa pada-Nya._Jon Q_
Kisah keluhan atas rasa sabar yg memuncak mungkin dimulai oleh Nuh.
Ketika ia menyampaikan apa yg sebenarnya tak ia ketahui, tapi ia yakini
itu benar. Ia menyampaikan pada umatnya, pada anak istrinya, tapi mereka
membangkang. Lalu turunlah wahyu untuk membuat sebuah perahu raksasa,
bersamaan dengan cukupnya ilmu perkapalan yg Nuh kuasai. Tanggung jawab
besar datang untuk mereka yg menyiapkan diri, meski mereka tak
menginginkannya. Mengapa Nuh diminta membuat perahu, tidakkah Tuhan
dengan mudahnya dapat membinasakan kaum yg membangkang? Nuh tak bisa
memaksa Tuhannya, meski hidupnya telah ia serahkan total pada Tuhan,
tapi ia dapat berdoa kepada-Nya.
Ibrahim muda depresi melihat kaum bapaknya (sebagian mufasir mengatakan
pamannya) yg menyembah batu. Setelah ia melampaui maqamat (tingkatan
iman) bulan, bintang, matahari sebagai Tuhan, ia sampai pada-Nya. Ia
melihat-Nya ketika ia kehilangan dirinya sendiri. Dan ia kehilangan-Nya
saat ia melihat dirinya sendiri. Lalu Ibrahim diikat di atas kayu bakar.
Kaum yg ia lawan, budaya tanding (intelektual) yg ia tunjukan nampak
kalah, mereka hendak membakarnya. Bersamaan dengan selesainya maqamah
tertinggi, ketika api yg di dalam diri padam setelah melalui perjalanan
pikiran yg sangat dalam. Api dalam diri padam, mendingin, memerintahkan
api kayu bakar untuk tak menyentuhnya. Api menyala, tanpa panas yg
terasa. Ibrahim tak bisa memaksa Tuhan untuk menghukum mereka, tapi ia
dapat berdoa. Dalam membekunya api dalam diri, doanya melesat secepat
cahaya ke hadapan-Nya.
Muhammad ibn Abdullah tak memiliki apa-apa. Ayah, ibu, kakek dan
pamannya yg membela juga telah tiada. Istri yg kaya meninggalkannya
lebih dulu, dan anak laki-laki pun wafat saat mereka balita. Ia telah
menyerahkan total hidupnya pada Tuhannya. Miskin, terbebani tanggung
jawab besar yg tak seorangpun memahaminya, dan, tak bisa memaksa Tuhan
agar semua seperti apa yg diharapkannya. Bahkan, ketika konon Jibril
menawarkan gunung uhud agar ditimpakan pada kaum Thaif yg melempari batu
padanya, ia menolak halus. Mereka yg telah sampai pada Tuhannya, tak
memiliki keinginan memaksa meski atas nama umat manusia. Hatinya damai
dalam kesunyian dalam diri yg terdalam. Dunia mengacaukannya, pikirannya
mungkin tertekan, kebingungan, merasa sendirian. Tapi jiwa yg terdalam
menenangkan, "Aku menjagamu dari dalam, dan engkau menjagaku dari luar,"
Tuhan tak dapat dipaksa, meski manusia mempersembahkan seluruh
ibadahnya. Tapi, manusia dapat berdoa pada-Nya.
Bacaan selanjutnya
Doa-doa yang tersesat Doa pengin nikah dan punya anak
0 Comments