Tulisan pertama dari pertanyaan besar 'Kayfa kana 'arofa nafsah, kayfa
kana 'arofa robbah'.
Pemuda itu terjatuh sangat dalam, sangat jauh di dasar jurang kesepian.
Pertanyaan-pertanyaan kecil menuju pemahaman 'Man 'arofa nafsahu, faqod
'arofa robbahu', menemui kebuntuan. Ia yang mengenal dirinya, mengenal
Tuhannya.
Jiwanya 'ngonjoki' Tuhan. Mendaki tinggi, dengan perasaan menggugat,
protes, bertanya, dan seakan ingin menghajar Tuhannya. Goblok benar.
Bukan karena melihat bangsanya yang menjadi babak belur direndahkan
dihina, melainkan apa yang diperjuangkannya selama ini. Bukan karena
kepentingan diri, melainkan demi hidup banyak orang yang ia perjuangkan.
Apa yang menjadikan aku layak mendapatkan hidup? Penglihatan,
pendengaran, hati? Apakah karena Tuhan maha pengasih? Jika Ia maha
pengasih, mengapa.
Si pemuda bertanya. Mengapa ia 'dibiarkan', tak
diberi jalan, Tuhan tak menjadi sepengasih sebelumnya ketika ia berjuang
mencari bahan-bahan 'rumah peradaban' untuk orang-orang yang ia jaga?
Engkau memberi untukku apa yang tak ku minta, tapi Engkau tahu aku
membutuhkannya. Tapi mengapa seakan Engkau diam ketika aku membutuhkan
'rumah peradaban' itu, sekalipun aku berlari ke kanan dan ke kiri,
Engkau tak menunjukan jalannya?
Si pemuda menggugat.
Ia tak peduli apa yang terjadi di dunianya. Politik, kebencian manusia
terhadap sesama, perang, ia meludahi kabar-kabar tak bermutu itu. Ia
fokus berjalan, pelan, meski tak jarang ia terjatuh, diam, dan bertanya
mengapa seakan Tuhan diam tak seperti sebelum-sebelumnya?
Dari bawah kaki gunung jiwanya memanggil ia yang telah terluka namun
terus mendaki, mengharap di puncak sana Tuhan sedang berpesta di
singgasana-Nya.
Turunlah
Engkau mendaki dengan meninggalkan aku di bawah sini
Aku lemah tanpamu dan kau pun begitu tanpa aku
Turunlah
Tolong aku yang terjatuh dalam di dasar jurang kesepian
Dalam langkahmu mendaki, kau meninggalkan banyak hal
Kau meninggalkan perintah-perintah-Nya di sisimu selama itu
Dan kau meninggalkan aku
Turunlah
Kita lupakan Tuhan sejenak dan kembali lagi
Mengerjakan perintah-perintah-Nya tanpa mengingat Ia
Ingatlah aku yang engkau lupakan di dasar jurang itu
Turunlah
Tuhan dan segala apa yang engkau kira ada di atas sana
Tak lebih penting dari aku yang akan menemani dalam tiap terang dan
gelapmu
Kini aku terjatuh, turunlah, bantu aku berdiri
Atau jika kau memang melemah karena pendakian itu
Setidaknya kita bersama di dasar jurang itu
Bacaan selanjutnya
Kaum La Ya'lamun Seorang Gelandangan
0 Comments