Iman tanpa ilmu buta, ilmu tanpa iman lumpuh._Einstein_
"Jadi panjenengan semua diam-diam juga aktif berpolitik sekalipun
alam lingkup kecil?" Lee melemparkan pertanyaan lanjutan tentang diskusi
aksi massa hari lalu.
"Politik itu harus, Lee." jawab Dul mewakili orang-orang dewasa di
forum BRN. "Dalam penilaian yang subjektif, orang menganggap si Jon
itu apolitik, apatis, atau lari dari pertarungan kesejahteraan orang
banyak dan memilih hidup sufistik. Padahal, di luar pemahaman orang atau
bahkan teman-temannya di kota, dia orang yang tak bisa melepaskan diri
dari medan tempur kesejahteraan orang banyak - politik,"
Jon sedang ke kamar kecil, jadi mereka asyik membicarakannya dengan enak - bebas.
"Kita belajar banyak dari dia," tambah Bon. "Di balik sifat
santai-nya, dia 'berjudi' besar-besaran dengan kehidupan demi
kesejahteraan orang-orang yang oleh Tuhan diamanahkan padanya. Dalam
penampilannya yang nggak trendi, gembel, di antara kita berenam dialah
yang punya jalan terdekat dengan pemerintah kota, dan sekaligus
kementerian agama kota."
"Awalnya kita juga nggak percaya, nggak peduli, mana ada anak muda
yang antara iman, ilmu, dan akal-nya nyaris berjalan seimbang." tambah
Beth yang lebih dulu berdiskusi hal-hal berat beberapa tahun lalu saat
awal-awal kenal dengan Jon. "Aku tahu - dia juga pernah bilang sendiri,
wawasan dia masih sangat sempit, perenungannya dangkal, ketika dia
membandingkannya dengan teman-temannya di kota besar, di ibu kota Jawa
Barat sana. Tapi aku belum pernah bertemu seseorang yang tetap tenang -
dan konyol - dalam pertempuran politiknya. Kabar terbaru, seorang ustadz
sepuh yang dulu memimpin penghancuran sekolah yang sedang dipimpinnya,
mengulurkan tangan ingin salaman lebih dulu saat mereka dalam satu
majlis pengajian. Doanya mungkin terkabul, meng-Umar-kan mereka."
"Maksudnya mendoakan mereka seperti Umar yang akhirnya membela sang nabi?" kejar Lee.
"Betul,"
"Kami semua berpolitik, kami merumuskan bersama, menyentuh yang
terdekat, terus menerus mengevaluasi diri, lewat forum seperti ini,"
kata Bon.
"Dengan Mas Jon sebagai imamnya?" potong Tum.
"Bukan, bukan begitu," lanjut Bon. "Jon orang yang malas menjadi
pemimpin, dia tak mau dibesar-besarkan, di-imam-kan, diunggulkan,
sekalipun di antara kita khususnya dan di masyarakat umumnya, dia cukup
pantas untuk itu. Kesetaraan yang dia inginkan, tak ada yang lebih
tinggi atau rendah,"
"Tapi bukannya seorang imam itu harus ada, Mas?" kejar Tum. "Semisal
aksi kemarin, aku dan Lee juga akan berangkat kalau Mas Jon ikut
berangkat. Kami dicerdaskan di sini, kami nggak cuma ikut-ikutan apalagi
didasari emosi atau kebencian,"
"Memang konsep kepemimpinan si Jon agak aneh," Beth melanjutkan
penjelasan itu. "Selama kami belajar bersamanya, dia tak mau mendominasi
sekalipun mampu. Konsep imam menurutnya adalah kesatuan iman dan ilmu
dalam jiwa. Maksudnya, tanpa imam pun kita paham dengan apa yang akan
dilakukan. Betul kata kamu, Tum. Kita nggak sekedar ikut-ikutan. Konsep
imam menurut Jon, seperti guru intelektualnya di Jogja sana, adalah
penyambung, penghubung, antara ilmu dan iman kita kepada Tuhan. Kita
belajar sekuat tenaga agar tidak menomorsatukan keinginan, sekalipun itu
atas nama Tuhan, dalam melakukan apapun,"
"Berat benar," Lee melenguh.
"Aksi kemarin 'hitung-hitungannya' kurang," tambah Dul. "Jon itu
sarjana sejarah, dia memang cacat matematika, tapi dia paling paham di
antara kita tentang 'hembusan' hukum alam yang bisa kita usahakan,"
Lee dan Tum berpikir keras. Ucapan si Dul seakan diucapkan si Jon yang senang menggunakan pengibaratan.
"Kita menganggap menolong agama Allah, dan Allah juga akan mnolong
kita. Bagaimana jika tuntutan mereka gagal? Yang penting mereka sudah
berusaha? Ini tentang klaim, kita mengklaim Tuhan bersama kita tapi tak
membalas pertolongan kita yang sungguh-sungguh itu? Hitung-hitungan,
dalam hal ini adalah konsolidasi aksi, harus sangat matang, dan kalau
itu dihiasi iman, seperti aksi kemarin yang sungguh indah - pada
awalnya, akan sempurna,'
"Itu alasan mengapa Mas Jon seakan absurd tentang aksi kemarin?" Tum tak merasa puas.
Bacaan selanjutnya
Qutiba alaykumul qital Menang pertempuran kalah perangnya
0 Comments