Jadi tukang becak atau tukang angon sapi, jika berilmu itu sudah lebih
dari cukup. Orang berpengetahuan bukan mereka yg memiliki banyak gelar,
dari dalam atau luar negeri, bukan yg bertahta tinggi, tapi mereka yg
tak pernah berhenti belajar._Jon Q_
Jam 11 malam Minggu menjelang tengah malam, gerombolan si Jon dan
kawan-kawan berkumpul di Basecamp Rujak Ngaji. Rujak, dari bahasa jawa,
'pan turu dejak', mau tidur diajak : mengaji. Bukan sebatas mengaji
tadarus atau pemahaman ilmu fiqh, tapi lebih sering perbincangan ke
wilayah-wilayah anti-mainstream, di luar trend, melewati batas zaman.
"Aku ada titipan pertanyaan nih Bang Jon," kata Li yg baru masuk kuliah.
"Dari teman perempuan, bagaimana caranya melupakan seseorang yg kita
cinta tanpa rasa sakit," hampir semua anggota BRN (singkatan tempat itu)
tertawa. Memang anggota BRN mayoritas sudah berkeluarga. Jadi tak
terpenjara lagi dalam wilayah 'cinta utopis' masa muda.
"Operasi usus buntu, cabut gigi, suntik cacar, sakit gak?" tanya Jon. Yg
ditanya mengangguk. "Tapi kenapa kita mau, kan sakit?" begini cara si
Jon menuntun logika generasi muda. Hanya saja, lebih banyak dari mereka
yg tak sabar. Ingin cepat-cepat paham, tapi yg masuk malah emosi.
Bukannya meneruskan pertemuan belajar itu, tapi sebaliknya,
meninggalkan.
"Melepaskan apa yg kita suka memang berat," kata Beth yg duduk di
samping Bon. Mereka duduk memutar, membentuk lingkaran. "Persoalannya
bukan susah atau gampang, tapi semakin ingin cepat lupa, semakin lama
prosesnya,"
"Seperti masuknya pemahaman berarti, ya," gumam Li membenarkan.
"Tapi ngomong-ngomong, jarang benar kita bahas masalah trending topik
ya, Jon," kata Bon memutus perbincangan tentang cinta.
"Misalnya Pilkada DKI, begitu maksudmu, Bon?" Dul memancing tema baru.
"Yaaah, apa kek, pilkada, batas wilayah yg rawan, sekte Islam, atau
lainnya," jelas Bon.
"Si Jon mana mau bicara politik," Beth menyergah. "Dia sih sudah zuhud,"
tawanya terkekeh.
Jon ikut terkekeh.
"Tapi sebenarnya kau bisa, Jon, semisal kampanye pada ribuan 'misionaris
Warteg' di Jakarta agar memilih Anies-Uno, misalnya," tambah Dul. Jon
memang peduli pada pendidikan negeri ini.
Jon semakin terkekeh.
Tum, sahabat Li yg cenderung berpikir dalam diamnya penasaran. "Ketawa
saja kau bang?"
"Hehe," tawa kecil Jon sebelum berceloteh lagi. "Aku ini siapa? Wong
punya warteg juga enggak kok," katanya. "Orang kecil terlalu berat
memperbincangkan orang-orang besar,"
"Dan lebih baik kita fokus saja pada perbincangan remeh seperti tadi?"
Bon memotong.
"Memangnya diri kita ini nggak remeh? Kita ini siapa di hadapan dunia?
Sebesar apa kita? Wong memikirkan hutang bulanan saja kita bingung kok,"
Jon mulai serius. "Zuhud ndasmu. Aku masih suka uang, suka bareng
istri, suka senang-senang, cuma adanya ngaji ini kan kita belajar untuk
membuktikan kita tak lupa untuk belajar, menjaga jarak dari yg kita
suka, lebih memilih ngaji begini daripada tidur nyaman malam ini,"
#ngaji #diskusi #forum #belajar
Bacaan selanjutnya
Menang pertempuran kalah perangnya Berhala ka'bah yang melarikan diri
0 Comments